Oleh: Kurniawan Dwi A
Satu setengah tahun sudah aku menjalani kuliah di PGSD
UPY semenjak aku memutuskan untuk pindah dari salah satu jurusan di UNY. Rasa
sesal memang masih ada hingga sekarang terutama ketika melihat sebagian teman-teman
seangkatanku lulus SMA sudah ada yang bergelar sarjana dan mendapatkan
pekerjaan. Lupakan sejenak tentang kesuksesan teman-temanku. Kini aku harus
instropeksi bahwa ternyata hidup ini tak semudah yang dibayangkan. Tidak
selamanya apa yang kita lakukan selalu berakhir bahagia.
Menengok sekitar 3,5 tahun yang lalu ketika aku lulus
SMA, aku sadar saat itu aku masih belum memiliki bayangan tentang masa depan
seperti apa yang ingin kujalani hingga akhirnya memilih jurusan kuliah pun saat
itu aku masih ragu. Hingga akhirnya saat SNMPTN aku sendiri memlih jurusan
dengan bantuan BK di sekolah. Ketika pengunguman hasil SNMPTN, ternyata aku
diterima. Rasa syukur sempat terucap kala itu. Namun, jurusan yang diterima
kala itu merupakan pilihan kedua dan jurusan tersebut kurang begitu aku pahami
betul. Disinilah kesalahanku, aku terlalu memikirkan label sekolah negri
sehingga membuat diriku berani untuk
langsung regristasi masuk ke UNY.
Awal masuk kuliah di sana, saya masih bisa mengikuti
perkuliahan karena sebagian materi kuliah tidak jauh beda saat dengan SMA. Namun,
seiring berjalannya waktu ternyata semakin aku melangkah semakin berat saja.
Banyak ilmu yang semakin sulit untuk kuserap dan kuterima. Terkadang terbesit
keinginan untuk pindah jurusan. Hingga akhirnya dua tahun setelah itu tepatnya
di tahun 2011, ada salah seorang temanku yang merasakan hal yang sama dan dia
mengajakku untuk mendaftar lagi masuk ke jurusan lain. Ketika mendengar ajakan
itu, akupun berpikir terlebih dahulu dan tidak mau langsung menjawabnya.
Benar saat waktu itu adalah waktu di mana aku dalam
keadaan yang sedang berda dalam situasi membingungkan dan serasa berada di persimpangan jalan.
Hingga pada suatu malam aku berdoa pada sang Maha Pencipta mengharapkan sebuah
petunjuk tentang apa yang harus aku lakukan untuk masa depan. Beberapa hari kemudian tepatnya awal
Januari 2011, aku bertemu dengan orangtuaku tentang apa yang sudah terjadi.
Akhirnya ayah mengijinkan ikut tes masuk lagi, tetapi kuliah di UNY harus tetap
dijalani.
Saat itu, aku sudah mulai mampu berpikir jurusan mana
yang ingin kupilih. Dari hati yang paling dalam akhirnya aku memilih jurusan
PGSD karena selain baru banyak dibutuhkan juga faktor keinginan sejak kecil.
Selama setengah tahun sebelum diadakan ujian tes SNMPTN aku menjalani dua
rutinitas yang berlawanan yaitu belajar untuk kuliah dan belajar pelajaran SMA.
Kebetulan karena dahulu aku SMA nya IPA akhirnya aku ibarat belajar dari nol.
Tapi hal itu tak menjadi hambatan bagiku.
Hingga akhirnya, waktu ujian SNMPTN tiba. Sebagian
besar soal berhasil kukerjakan, meskipun aku tidak tahu benar atau salah.
Biarlah yang terpenting bagiku sudah berusaha. Ketika pengunguman tiba,
ternyata nama ku tidak tercantum di sana. Sedih itu sudah pasti, tapi hal itu
tidak terlalu aku pikirkan karena masih ada jalur mandiri. Namun, sekali lagi
nasib berkata lain yaitu sekali lagi aku tidak diterima.
Melihat kenyataan yang hadir saat itu, sekali lagi aku
serasa berada di persimpangan jalan. Hingga ayah datang dan menawariku untuk
mendaftar di sekolah swasta. Awalnya aku merasa ragu, namun hatiku yang paling
dalam mengatakan “Iya lakukanlah”. Terbesit kala itu aku memilih mendaftar di
dua tempat yaitu di UPY dan UST. Bersyukur kala itu, dua-duanya diterima dan
akhirnya aku memilih di UPY karena lebih dekat dari rumah saat itu
akreditasinya lebih baik disbanding UST. Karena untuk regristrasi memerlukan
biaya yang tidak murah, aku bertanya pada orang tua tentang kesanggupan akan
hal itu. Bersyukur orang tua menyanggupi, namun itu artinya aku harus kuliah di
dua tempat.
Dua minggu sudah setelah awal semester ganjil masuk,
aku merasakan kuliah di dua tempat yang berbeda baik jurusan maupun materi yang
180 derajat perbedaannya. Akibatnya hampir setiap hari, aku selalu berangkat
pagi dan pulang malam hari. Melihat adanya hal itu, orang tua merasa kasihan
dan kemudian berbicara pada diriku bahwa seandainya dirimu keberatan kamu boleh
menjalani salah satu saja. Mendengar ucapan tersebut aku sangat bersyukur dan
berterimakasih dan akhirnya aku memilih di PGSD saja sesuai dengan apa yang aku
inginkan. Aku tak tahu harus dengan apa aku membalas kebaikan orangtuaku.
Berapa banyak biaya yang dikeluarkan mungkin sudah tak terhitung lagi. Semoga
jalan yang aku pilih saat ini adalah jalan yang benar karena aku tak ingin
mengecewakan orang tuaku. Aku harus melakukan yang terbaik demi membalas kebaikan
orangtuaku sambil berdoa semoga Allah Swt. memudahkan jalan yang aku tempuh saat
ini.
0 Komentar:
Posting Komentar